Minggu, Mei 17, 2009

Hamba

Aku adalah orang yang tak punya. Aku tak punya kesenangan, tak punya cinta, tak punya perasaan dan seperti tak berhati. Aku selalu gagal dalam bercinta, berteman atau bersahabat. Aku merasa diriku ini bukan manusia. Tak ada gadis jelita yang hinggap di sisiku. Aku terlihat bagai Iblis. Barangkali. Aku selalu menempatkan egoku di setiap masalah. Tak pernah ku pikirkan orang-orang di sekitarku. Aku selalu mencari, berburu dan mengejar gadis-gadis. Meski ada gadis yang benar-benar tulus sayang dan cinta padaku, aku tak peduli !

Hari ini aku putuskan seorang sahabat yang telah lama mengerti tabiat yang ku bawa entah dari alam mana asalnya. Ku kenal lama sudah dirinya. Dia adalah seorang gadis yang ku cinta. Akan tetapi tanpa jelasnya alasan aku tak pernah berhasil menyusup dalam hatinya. Aku sungguh-sungguh mencintainya dan ia semakin membuatku bertambah bingung, semakin ragu dan tak mampu rasanya aku berdiri kala teringat kata-katanya. Aku penuh keegoisan, kemunafikkan dan kebusukkan. Namun aku menangis.

“Aku bukanlah gadis yang baik untukmu. Jalan dan tujuan kita berbeda. Aku dan kau adalah sahabat ! Namun aku ingin tetap bersamamu. Merasakan manis canda-tawamu, kebahagiaanmu, kekonyolanmu, dan cerita-ceritamu yang selalu membuatku tertawa bahagia kala ku ingat dirimu. Kita adalah sahabat sejati ! Tak akan pernah terpisahkan oleh apapun. Yakinlah!! Aku hanya takut engkau patahkan hatiku dan pergi tak mau datang lagi ke rumahku.”

Serasa aku bagai seonggok daging yang tak bertulang. Aku menatap matanya, tajam. Ia membalas. Tak pernah ku sadari ia tak mau membangkitkan aku.“Pegang tanganku!”. Air mata menetes. Ia juga. Mengapa aku bodoh sekali!! Tak seharusnya aku berterus terang dan ingin memilikkinya agar aku bebas menerobos mata bundarnya, mengelus halus hitam rambutnya, menciumi manis wangi bibirnya melebihi dan diatas kenikmatan-kenikmatan ganja atau vodka. Aku mabok!! Ternyata aku benar-benar srigala. Ingin rasanya ku makan saja dia. Barangkali lebih nikmat dari pada sekedar dihisap atau dijilati.

“Aku cinta kamu”, bukan sesungguhnya yang ku ucapkan. Sesungguhnya aku tak ingin mengurusi keluh-kesamu, cerita-ceritamu, canda-tawamu, permintaanmu, sikap manjamu atau berbagai hal yang kau lakukan hari ini. Aku bosan. Dan aku paling malas mengeluarkan uang untuk membelikanmu hadiah pada hari-hari tertentu. Menyusahkan!!

Lalu apa yang aku mau dari cinta itu? Cinta adalah bahasa perasaan, kunci tak terlihat yang mampu membuka pintu yang kuat nan kokoh, yaitu pintu hati. Pabila tlah terbuka, sungguh teramat payah bahkan takkan pernah tertutup lagi seperti sedia kala. Yaitu selaput dara, keperawanan. Selalu berburu nafsu. Berkompetisi memperoleh perawan-perawan berkualitas yang mengundang hasrat syahwat setiap pandangnya. Sungguh kebanggaan! Acuh segala hukum apalagi norma.

“Aku benci padamu!!”

“Terserah! Itu hakmu. Yang penting aku tetap tak bisa menerimamu sebagai kekasihku.”

“Apa karena aku tiba-tiba ada?”

“Barangkali”

“Aku sungguh sayang padamu! Aku tak sanggup hidup tanpamu”. Ku coba meluluhkan hatinya. “Adakah waktu kesempatan bagiku?”

“Sekali aku bilang tidak, tetap tidak!! Aku hanya ingin berteman denganmu. Aku menyukaimu sebagai temanku”

“Apa yang kau ingini dari pertemanan ini?”

“Kenapa dengan dirimu? Kau selalu memaksa!”. Begitulah aku. Aku juga tak mengerti jika hal ini “memaksa” bagi gadisku. Aku ambil pisau yang kebetulan ada di sampingku.

“Aku tak kuasa menerima penolakkan ini”, aku lekatkan pisau di leherku.

“Apa karena ini kau ingin mati? Heh! Pengecut!!”. Aku arahkan pisau tepat di dadaku. Aku tatap matanya tajam tanpa berkedip. Aku melihat tak setitikpun kekhawatiran padanya.

“Ini adalah penghinaan bagiku, aku malu pada diriku sendiri”

“Coba kalau brani!! Mati sajalah kau!”

“Aku bukan orang tolol!!” pisau aku campakkan. “Aku adalah lelaki. Masih banyak gadis-gadis bodoh seperti dirimu yang dapat aku kelabui dengan kata-kata cinta. Maafkan aku. Aku mengaku kalah. Ternyata kau sungguh sulit untuk ku tundukkan dan berlutut padaku”. Aku mendekat. “Tapi, andai saja kau dapat aku jerat dengan rantai perbudakan nafsuku, tak akan ku sia-siakan waktu yang berlalu untuk sedetik tak menghirup bau tubuhmu”. Aku semakin mendekat matanya. Terlihat jelas ketakutan-ketakutan yang tak mampu untuk dibayangkan. Ia seperti kaku dan tak bergerak. Aku semakin dekat di matanya. Ku genggam kedua pipinya dan ku lumat bibirnya dan bermain dengan indah tangan-tanganku menerawang bentuk tubuhnya, kedepan dan kebelakang, bergencar detak jantungnya, nafasnya seperti terhenti. Dingin. Aku justru tak dapat merasakan kenikmatan yang ku cari di rongga mulutnya dan lekuk tubuhnya. Yang ku rasakan hanya helai daging dan tubuh yang melemas tak bernyawa. Tak ada kehidupan. Lalu ku buang kerakusanku. Jijik.

Matanya membiru, ia seperti mati. Kemudian aku pergi meninggalkan sejuta kekecewaan dan kekalahan di rumahnya. Aku tak peduli apa yang barusan ku lakukan padanya. Ku anggap itu adalah balasan dari penolakkan permintaanku. Aku memang egois! Aku tak peduli apa yang ia rasakan agar ia jua tahu sebegitu pahit yang terasa olehku. Sepanjang aku menapaki dosa-dosa. Aku tak pernah peduli!!

TULISAN LAINNYA:

1 komentar:

  1. You're so pessimistic!
    Just think more straight and positive and you'll see something you've always been missing.

    BalasHapus

Hauk ! Silahkan berkomentar sesuka anda, Anda bebas.. tapi sewajarnya saja :)