Senin, Mei 18, 2009

Puisi_-_Surat


Purworejo, hari kedelapan belas juli 2006

Bukan aku sombong atau nekad. Bukan pula aku serba terlalu hingga over. Tapi semua ini hanyalah keciutan hati seorang lelaki yang cuma mencoba-coba. Aku terlalu takut untuk bertatap langsung denganmu. Dan ini. Satu cara kuno yang aku mainkan. Ku nyalikan jemari tanganku untuk menggoreskan suara nuraniku.

Wahai pujaanku, hadirmu bawakan secerca sinar dalam sanubariku. Kau sebarkan kesegala ruang hati hingga terang benderang penuh seluruh. Dan bergetar hatiku, riuh penuh gemuruh. Memanggil-manggil, berteriak, merayu dan meronta-ronta serta meraung-raung. Dan ketika ku tangkap dua bola bening di seulas wajahmu, ku sadari. Kau telah menyentuh kelelakianku. Meskipula itu bukanlah kesengajaan olehmu.

Ini hanya kepekaan hati seorang lelaki yang memandang indah tulang rusuknya yang hilang. Dia terpontang-panting laju angin ketakutan karena asmaranya sungguh berat tergeser pabila tolakkan baginya. Masih ia didera dan menunggu dengan penat lagi usang harapan. Semakin lama maka semakin jauh dan terlupakan. Aku hanyalah musyafir yang tenggelam dalam lubuk cinta.

Kalau kau mau kau jadi kekasihku, bukan segala janji dan mimpi. Cuma ketulusan hati dan kekuatan jiwa menjaga keutuhan cinta. Menghirup udara ketenangan, dibawah langit kasih sayang, bersinar rembulan cinta.

Adakah kesediaanmu yang ku nantikan.

TULISAN LAINNYA:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hauk ! Silahkan berkomentar sesuka anda, Anda bebas.. tapi sewajarnya saja :)